Obrolan Pagi

Tadi malam saya ketemu dengan sahabat saya, sebut saja namanya Mawar Melati Alibaba. Kita nongkrong barang sejam sampe dua jam di crematology, toko kopi tetanggaan sama kantor. Malam kemaren jalan Suryo macet total (dan akan terus macet karena pembangunan highway). Obrolannya sekitar tentang peribu rumah tanggaan. Lalu, saya diajak menginap ke apartemennya, berhubung saya sendirian di rumah, kangmas lagi dinas kerja juga ke Bandung, saya ngikut aja.

Jam 12 malam saya tertidur pulas di sofa dengan buku di wajah saya. Saya membaca buku Drunken Master punyanya Pidi Baiq. Ketawa akan kegilaan si penulis ini membuat saya mimpi yang sedikit absurd. Saya kebangun jam 7 pagi. Melihat suami sahabat saya membuat kopi dan duduk menikmati rokok di teras, tapi saya berfikir untuk menambah jam tidur saya sekitar setengah jam lagi. Dan betul, saya terbangun jam setengah delapan, meminum air putih di botol bekas yang saya bawa kemarinnya. Segar. Dan saya beranjak untuk menikmati sebatang rokok di teras tanpa minum kopi.

Setelah itu, saya mandi setelah menunggu sahabat saya mandi selama 7 hari 7 malam. Engga ding, 45 menit tepatnya

Mengeringkan rambut, menggunakan make up se natural mungkin, kemudian berangkat menuju kantor, macet sekali hari itu di kuningan. Akhirnya mengisi dengan obrolan ringan tentang barang-barang branded yang KW. Ya, saya sendiri bukan penggemar barang-barang branded sih, tapi mungkin sahabat saya satu ini memang suka. Sampai dia gak mau pake barang KW di depan teman-temannya yang elit. Kalo saya sendiri sih, pasti juga malu. Jadi, solusinya adalah pakai barang yang biasa aja, gak perlu menonjolkan keelitan, buat apa pake barang branded kalau tujuannya pamer ke temen-temen? atau sekedar menaikkan prestige ke diri sendiri. Kalau belum mampu ya, beli yang mampu dulu aja. sesederhana itu sih. Intinya jangan memaksa yang berujung membuat-buat keadaan. Yang ada lo bakal mati gara-gara gak bisa nafas sama tagihan kartu kredit untuk muasin ego lo! Santai ajalah. Toh orang yang baik budi dan tulus ngeliat kita sebagai manusia juga kok, bukan berdasarkan atribut. Maaf ya..ini semua cuma opini saja.

Gimana kabar kalian? Ternyata saya masih hidup loh, iya masih hidup. HP sudah mati dan saya malah jauh lebih fun ngejalanin hidup. hahahaha..

OK, see you then.

CIAO

Jakarta, 4 Maret 2015

Matahari Teduh

Ini bukan ngomongin prakiraan cuaca Jakarta saat ini, walaupun iya sih, matahari hari ini gak begitu terik, hawanya juga sedikit segar, gak anyep seperti biasa. Jadi saya ada cerita tentang matahari teduh ini. Jadi waktu malam minggu kemarin, saya datang ke sebuah perhelatan kimpoi teman saya. Selamat menikah Bebi dan Ebet, by the way i really love the gift! Setelah itu saya berbincang sejenak dengan teman saya. Cewek cantik dengan tubuh semampai dan kulit seputih bengkoang (mungkin dia selalu makan bengkoang, makanya bisa seputih itu), namanya Artati. Saya bilang sama dia, apa yang akan saya lakukan setelah saya resign. Yup, i wanna doing makeup to pretty girls out there. Dia mendukung rencana saya. Selain saya tidak akan lama-lama di luar rumah, saya bisa menghabiskan waktu bersama Dawai. Setelah itu, kami membahas wajah masing-masing, (lebih tepatnya lempar pujian). Ada satu hal menarik yang saya tangkap dari pembicaraan ini. Walaupun saya gak tau apakah dia sincere enough to say how pretty I am, cause i don't see my self as a pretty woman (kayaknya hampir semua cewek selalu melihat kelemahan fisik dirinya terutama wajah sebagai spotlightnya). Tapi dia melihat wajah saya sebagai wajah matahari. Analogi dari bunga matahari yang saya tahu sih, dia mekar ketika matahari terbit dan menunduk ketika matahari senja, JADI MENURUT LO MUKA GUE CUMA CERAH DI SIANG HARI?? dan saudara-saudara, maksud dari si neng geulis ini bukan itu. Tapi lebih kearah, wajah hanya sebagai alat untuk merepresentasikan aura dan dirinya ketika sedang kemanapun. You're just being yourself, and you enjoy it so much! itu katanya. Dan ketika perempuan bisa menonjolkan itu, kecantikan yang dikemukakan lebih mencuatkan inner beautynya, orang akan lebih mengingat wajah perempuan ketika dia bisa membawa 2 materi itu. Outer beauty juga penting, saya mengingat betul artikel yang saya baca, Ralin shah yang bicara tentang sesuatu yang membukakan mata saya (hazzek) bahwa di dunia ini tidak ada wanita jelek, hanya ada wanita malas. Malas disini saya rasa mungkin lebih mengolah fisik ya, seperti menjaga kesehatan, olahraga, dan lain lain. Dan mungkin dari sekian alasan itu saya akan menambahkan sedikit poin. Perempuan bisa lebih cantik ketika dia mengolah jiwanya juga. memberi asupan gizi ilmu dan wawasan yang tepat akan membuat perempuan akan lebih lancar mengeluarkan aura secara natural. I guess.. 

Kemudian tentang Teduh. Teduh disini untuk semua wajah lelaki. Sama saja, ini seperti pembawaan diri di depan umum, pasangan, orang tuanya, dan diri sendiri. Bukan berarti dia jadi bisa slengean. Tapi karena lingkungan saya semua laki-lakinya slengean, saya menganggap kalo itu new sexy ya. Kangmas gak termasuk, termasuk berwajah teduh maksudnya. Tapi saya rasa kangmas membawa dirinya apa adanya di situasi apapun, dan saya rasa dia termasuk ke kategori new sexy itu. Kalo untuk sifat, yah....gimana ya...ada masanya dia bisa menjadi teladan, ada masanya dia ingin saya injak-injak. Fluktuatif kehidupan lah...
Laki-laki teduh disekitar saya, Ya..ada yang termasuk, dan saya baru tahu 1 orang (yang terdekat ya..). Dan saya menominasikan dia sebagai wajah lelaki teduh 2015, seandainya saya gak terlalu dekat sama dia, mungkin dia bisa menjadi winner, sayangnya..hanya jadi nominasi, karena winnernya tetap misuaku, si kangmas. OK tulisan mulai tidak beres. Saya harus kembali bekerja, menghabiskan sisa one month notice saya lebih baik agar meninggalkan kesan baik bagi karyawan-karyawan sini. hahahaha...

See you around. Hope you're not easily getting bored with this blog. 
Au Revoir!

CIAO

3 Maret 2015


Sabtu Bersama Bapak

picture taken by suamigila

Minggu kemarin saya iseng jalan-jalan ke PIM tadinya sih mau sendiri, tau-tau muncul ide buat ngajakin Bintang Angkasa yang tak disengaja dia juga sudah on his way ke PIM. Bermodal nekad (karna HP ke PUK) saya langsung berangkat ke PIM setelah adzan magrib. Sialnya abang ojek langganan lagi nganterin pelanggan yang lain (Bang Gonjo, kamu berkhianat!). akhirnya saya putusin buat naik taksi, yah..cuma beda 2000 perak kalo hari minggu, kalo weekdays jangan tanya. 

Aku dan Bintang janjian didepan Gramedia pukul 18.15 wib, sayangnya aku telat 20 menit karna susah nyari taksinya. Agak deg-degan juga, takut ditinggalin. tapi aku sudah bilang sebelumnya sama Bintang 'please, don't leave me, i got no cellphone'. Dan pastinya Bintang ngerti maksudnya apa, dia pintar dan baik kok. Okay, Appearently, I didn't see him around. Antara dia belum sampai, atau dia kesal harus berdiri di depan Gramedia selama 20 menit. Hati mulai ketar ketir semuanya. Aku mulai mondar-mandir di dalam Gramedia sampe Foodcourt PIM. Laper juga sih, tapi aku urung dulu niatan. soalnya prioritas pertama sekarang adalah BERTEMU BINTANG ANGKASA YANG ENTAH DIMANA!

Selama saya keliling Gramedia, saya nemuin satu cover buku sederhana berwarna biru yang cukup bikin geli hati. Judulnya 'Sabtu Bersama Bapak'. Sebagai pecinta blognya suami gila alias Aditya Mulya, saya tau kok kalau ini sudah bolak balik di cetak ulang (cieh padahal baru baca juga di blog doi). Penasaran sih. Tanpa pikir panjang saya langsung beli. Saya pembaca novel Adhitya Mulya, hanya 'Jomblo' dan 'Gege mencari Cinta'. Tutur bahasa sederhana gak terlalu njelimet, tipikal novel remaja yang gak remaja banget sih. Jadi saya pikir buku 200-300 sekian halaman ini bisa saya baca habis dengan cepat. Dan betul saja, setelah drama pencarian Bintang di PIM (Bok, saya sampe nyamperin satpam buat minta SMS, bilangnya 'saya pisah sama saudara saya, Pak..boleh minta satu SMS?' dan akhirnya nelpon juga. Thank you Pak Satpam PIM!! saya langsung pulang dan membuka bungkus plastik buku Sabtu Bersama Bapak. 

Yak, dan memang sangat sederhana. Cukup membuat saya terpingkal-pingkal sampai dimarahin Kangmas. Namun, setelah satu setengah jam membaca hingga ludes, saya menangis sejadi-jadinya. Ya, saya kangen sama Bapak saya yang sudah meninggal hampir 10 tahun yang lalu. Kangmas bingung, kenapa saya menangis parah. Saya cuma bilang, "bukunya bagus, dan aku inget Bapak". Kangmas meluk saya sambil nonton The Hobbit. Iya, doi sambil nonton. Walaupun ujung-ujungnya saya setengah sadar, dia menghapus sisa airmata saya. Dan setelah itu saya tertidur pulas (sambil ngorok-ngorok). 

Yak, dari segi cerita dari buku ini. menceritakan 3 tokoh dari satu keluarga, walaupun yang membuat saya cukup memegang perut saya karena tertawa adalah tokoh Saka. Sisanya drama dan seorang (semacam) tokoh fiktif di novel Harlequin. Ya, kalau kata Pak Adhitya Mulya sendiri, dia ingin mengubah sedikit karakter yang dia buat karena seiring waktu kita semakin dewasa, jadi tokoh ciptaannya pun juga bisa jadi lebih dewasa. Ya saya sendiri juga sudah menikah dan menjadi orang tua, saya baca buku ini sewaktu SMA atau kuliah, saya lupa.

Dan buku ini cukup menginspirasi saya sebagai orang tua. Kita tidak tahu umur kita sampai kapan. At least kita menyiapkan bekal buat anak dan masa depan. Tidak hanya harta sih, tapi bekal hidup. Sebenarnya yang menjadi ancang-ancang yang paling solid untuk anak adalah bekal dari orang tua dan bukti nyata kalau orang tua sudah melalui apa yang akan dilalui anak nanti, saya rasa yang namanya hidup semuanya sama, yang beda toh hanya status saja. seperti dokter atau desain, sama-sama memiliki klien yang ngehe, atau menjadi ibu rumah tangga, kliennya ya suami dan anak. Nah, jadinya saya rasa perbekalan untuk Dawai harus disiapkan dari sekarang. 

OK, semangat hidup semuanya!
Don't let the fire dies.

CIAO

Jakarta, 2 Maret 2015