Sabtu Bersama Bapak

picture taken by suamigila

Minggu kemarin saya iseng jalan-jalan ke PIM tadinya sih mau sendiri, tau-tau muncul ide buat ngajakin Bintang Angkasa yang tak disengaja dia juga sudah on his way ke PIM. Bermodal nekad (karna HP ke PUK) saya langsung berangkat ke PIM setelah adzan magrib. Sialnya abang ojek langganan lagi nganterin pelanggan yang lain (Bang Gonjo, kamu berkhianat!). akhirnya saya putusin buat naik taksi, yah..cuma beda 2000 perak kalo hari minggu, kalo weekdays jangan tanya. 

Aku dan Bintang janjian didepan Gramedia pukul 18.15 wib, sayangnya aku telat 20 menit karna susah nyari taksinya. Agak deg-degan juga, takut ditinggalin. tapi aku sudah bilang sebelumnya sama Bintang 'please, don't leave me, i got no cellphone'. Dan pastinya Bintang ngerti maksudnya apa, dia pintar dan baik kok. Okay, Appearently, I didn't see him around. Antara dia belum sampai, atau dia kesal harus berdiri di depan Gramedia selama 20 menit. Hati mulai ketar ketir semuanya. Aku mulai mondar-mandir di dalam Gramedia sampe Foodcourt PIM. Laper juga sih, tapi aku urung dulu niatan. soalnya prioritas pertama sekarang adalah BERTEMU BINTANG ANGKASA YANG ENTAH DIMANA!

Selama saya keliling Gramedia, saya nemuin satu cover buku sederhana berwarna biru yang cukup bikin geli hati. Judulnya 'Sabtu Bersama Bapak'. Sebagai pecinta blognya suami gila alias Aditya Mulya, saya tau kok kalau ini sudah bolak balik di cetak ulang (cieh padahal baru baca juga di blog doi). Penasaran sih. Tanpa pikir panjang saya langsung beli. Saya pembaca novel Adhitya Mulya, hanya 'Jomblo' dan 'Gege mencari Cinta'. Tutur bahasa sederhana gak terlalu njelimet, tipikal novel remaja yang gak remaja banget sih. Jadi saya pikir buku 200-300 sekian halaman ini bisa saya baca habis dengan cepat. Dan betul saja, setelah drama pencarian Bintang di PIM (Bok, saya sampe nyamperin satpam buat minta SMS, bilangnya 'saya pisah sama saudara saya, Pak..boleh minta satu SMS?' dan akhirnya nelpon juga. Thank you Pak Satpam PIM!! saya langsung pulang dan membuka bungkus plastik buku Sabtu Bersama Bapak. 

Yak, dan memang sangat sederhana. Cukup membuat saya terpingkal-pingkal sampai dimarahin Kangmas. Namun, setelah satu setengah jam membaca hingga ludes, saya menangis sejadi-jadinya. Ya, saya kangen sama Bapak saya yang sudah meninggal hampir 10 tahun yang lalu. Kangmas bingung, kenapa saya menangis parah. Saya cuma bilang, "bukunya bagus, dan aku inget Bapak". Kangmas meluk saya sambil nonton The Hobbit. Iya, doi sambil nonton. Walaupun ujung-ujungnya saya setengah sadar, dia menghapus sisa airmata saya. Dan setelah itu saya tertidur pulas (sambil ngorok-ngorok). 

Yak, dari segi cerita dari buku ini. menceritakan 3 tokoh dari satu keluarga, walaupun yang membuat saya cukup memegang perut saya karena tertawa adalah tokoh Saka. Sisanya drama dan seorang (semacam) tokoh fiktif di novel Harlequin. Ya, kalau kata Pak Adhitya Mulya sendiri, dia ingin mengubah sedikit karakter yang dia buat karena seiring waktu kita semakin dewasa, jadi tokoh ciptaannya pun juga bisa jadi lebih dewasa. Ya saya sendiri juga sudah menikah dan menjadi orang tua, saya baca buku ini sewaktu SMA atau kuliah, saya lupa.

Dan buku ini cukup menginspirasi saya sebagai orang tua. Kita tidak tahu umur kita sampai kapan. At least kita menyiapkan bekal buat anak dan masa depan. Tidak hanya harta sih, tapi bekal hidup. Sebenarnya yang menjadi ancang-ancang yang paling solid untuk anak adalah bekal dari orang tua dan bukti nyata kalau orang tua sudah melalui apa yang akan dilalui anak nanti, saya rasa yang namanya hidup semuanya sama, yang beda toh hanya status saja. seperti dokter atau desain, sama-sama memiliki klien yang ngehe, atau menjadi ibu rumah tangga, kliennya ya suami dan anak. Nah, jadinya saya rasa perbekalan untuk Dawai harus disiapkan dari sekarang. 

OK, semangat hidup semuanya!
Don't let the fire dies.

CIAO

Jakarta, 2 Maret 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar