#30HariBerbahasaIndonesiaBaik&Benar



Beberapa hari yang lalu, saya terkesima sekaligus terkejut dengan apa yang saya lihat. Saya diberi oleh salah satu teman kampus saya sebuah video memalukan, yang membuktikan bahwa Indonesia merupakan bangsa yang melupakan seluruh nilai moral yang merupakan akar kebudayaan Bangsa Timur ini. Sebuah video yang membuat hati saya miris tidak karuan, membuat perasaan saya sebagai kaum perempuan yang sangat dijatuhkan dengan perlakuan tidak senonoh dari orang-orang yang seharusnya menjadi contoh teladan untuk para generasi muda. 

Cerita Pendeknya, 2 pasang pemuda pemudi ditemukan sedang memadu kasih meskipun mereka masih mengenakan pakaian seragam putih-biru di tengah kebun teh di daerah cipanas, Puncak, Jawa Barat. Beberapa pria berumur memarahi mereka, menasehati mereka dengan kata-kata kasar dengan bahasa Sunda-Betawi. Mungkin asumsi yang dapat diambil adalah, pemuda pemudi ini melakukan kesalahan yaitu melakukan hal yang tidak sepantasnya. Namun, dalam beberapa menit kemudian, anda akan mengalami perputaran posisi peran pada film nyata kualitas handphone murahan. 

Saya bingung, Apa yang menjadi indikasi utama dari senior (orang tua) ini hingga bisa mengancam dengan perkataan:
"Buka celananya gak? Mending buka celana atau dikasih tau orang tuanya?"
"Wah ini sih, harus kita cobain nih satu-satu"
APA POIN YANG DIMAKSUD PARA LAKI-LAKI TUA HIDUNG BELANG INI?

Jika orang tua merupakan panutan teladan untuk anak-anaknya, apakah ancaman adalah jawabannya? tentu saja tidak. Pemuda Pemudi Belia ini tampak sangat terguncang, fisik maupun mental. Bahkan untuk si gadis yang berusaha untuk menarik celana panjangnya agar menutupi daerah kemaluannya ditahan dengan tangan kokoh penuh urat (tampak seperti tangan buruh kebun teh tersebut), tidak hanya satu, hingga 2 tangan yang berbeda berusaha menarik turun celana gadis itu. 

Apakah para Ajeng-ajeng masih bisa menyalahkan dua pemuda pemudi korban pertelevisian lokal yang semakin amburadul ini? Generasi muda di sudut kota tidak sebodoh yang kalian kira, mereka hanya lugu, yang memakan semua sajian pertelevisian secara mentah-mentah. Tidak ada yang membimbing. Untuk orang timur seperti kita, perbincangan sex sangatlah tabu untuk diturunkan kepada anak. Tentu saja tidak bisa begitu, Orang tua merupakan andil paling besar dalam hidup kita maupun generasi yang lebih muda dari kita. Orang tua tidak bisa mengandalkan guru di sekolah formal, karena memang tidak ada mata pelajaran sex di kurikulum pendidikan di Indonesia. 

"Biarlah anak yang belajar sendiri.." ketus seorang bapak yang memiliki anak perempuan di sebuah pedesaan di daerah Jawa Barat. 

'Belajar Sendiri' perihal sex tidak sama dengan perihal belajar mata pelajaran kurikulum sekolah. Mengandalkan internet sebagai media belajar dalam pembahasan ini, tentu tidak sangat membantu. Terlebih, -seperti yang kita ketahui- Internet adalah Tuhan maupun Setan. Tuhan untuk kaum yang mengerti, Setan bagi kaum yang lugu. Dan sayangnya, hampir dari 70% warga indonesia termasuk dalam kategori marginal merupakan orang yang lugu. (saya tidak akan menyebutkan kata bodoh, karena memang tidak seperti itu kenyataannya). Jadi saya harap tulisan saya ini cukup berguna bagi orang tua yang memiliki anak, maupun calon orang tua, bahkan untuk pemuda dan pemudi yang membaca blog saya. 

Untuk para remaja yang lugu, sebelum melakukan hubungan sex diluar nikah atas dasar 'iseng-iseng', maaf, sex bukanlah hal yang bisa kalian sebut iseng. Sex merupakan proses dimana kalian lahir dan seharusnya menjadi penerus bangsa yang dapat menjadi teladan untuk generasi berikutnya. Sex adalah sakral dimana kalian bisa memberikan segala yang terdapat di dirimu kepada pasangan yang kalian sayang untuk seumur hidup. Sudah tidak usah membahas orang-orang DPR yang makan gaji buta di gedung parlemen, biarkan saja, toh mereka hidup tidak akan lama lagi, kita yang akan menggantikannya kelak, mereka tidak akan menjabat selama kalian bisa bernafas, mereka bodoh dan mereka tidak kekal.

Dan untuk para orang tua yang menemukan kejadian tidak wajar seperti ini (di kebun teh, di saung sawah, di puncak gunung, di tengah laut dan dimanapun). Saya tahu anda sudah mengenyam hidup lebih lama daripada kami semua. Jangan memberikan ancaman yang tidak rasional, berikan nasihat namun bukan ancaman pemerkosaan, anda sudah menganiaya mental anak-anak pengecut ini. (konteks: video). 
Saya mohon dengan kepala dingin, saya sebagai perempuan normal, perempuan yang memiliki adab, tidak dapat menerima perlakuan bapak-bapak sekalian pada adik perempuan kami, yang mengalami penganiayaan dan pemerkosaan mental seperti ini. Apakah Bapak sekalian tidak merasakan betapa perihnya, jika bapak tahu bahwa anak perempuan bapak diperlakukan tidak wajar seperti itu pada orang-orang yang tidak mengenal bapak maupun anak bapak sama sekali?

2 anak pengecut ini biarlah melakukan kesalahan, namun yang meluruskan jalan pikiran mereka adalah orang tua mereka sendiri, tanpa campur tangan orang asing yang bisa-bisanya berkata "ini sih harus dicobain"


Salam.


2 komentar:

  1. Sopir kantor gue yg lama pernah nyeritain video ini sekitar setaunan yg lalu.. emg yeh, indonesia...

    BalasHapus
  2. iya nih...serem gila yu! :'( sedih banget!

    BalasHapus