Dear Kanhe, my beautiful close friend since we had our class in ITENAS.
Gak nyangka ternyata kita bisa jadi satu lingkaran lagi karena pasangan kita adalah kakak dan adik, ya?
Gak nyangka juga padahal kita dulu sedekat itu dan sekarang jadi lebih dekat lagi.
Gak nyangka kamu menyaksikan aku kehilangan Bapakku waktu kita masih asik mengunyah makan siang di kantin semasa kuliah tingkat satu di Itenas.
Gak nyangka kalau kamu sudah bisa jadi jurnalis sesuai dengan mimpimu dan aku sedang berjalan meraih mimpi untuk menjadi desainer sesuai dengan obrolan kita sewaktu umur kita tepat 18 tahun.
Obrolan-obrolan bodoh yang mengisi waktu luang kita semasa pasangan kita sedang meluruskan punggung di kasur. Memberi ruang mereka untuk bersantai dan kita mengobrol ngalur-ngidul membicarakan hal yang kita tahu sampai jadi sok tahu.
Hingga hari minggu kemarin, aku sempat berfikir. Dimana si kanhe yang biasanya selalu membawa suasana ceria di rumah pelesiran dan si fadur yang selalu memiliki gestur tubuh yang menyakitkan mata. Sekelibat aku hanya berfikir, dan membawa alam sadarku untuk tertidur lelap.
Terkejutnya aku bukan main, saat teman kita Jawa membangunkan aku dari tidurku. Wajahnya tampak pucat saat mengguncang badanku perlahan.
"Kenapa Jaw?"
"Ayo cha, bangun.." bujuknya dengan nada tenang.
"Iya, gue bangun. kenapa Jaw?" tanyaku lagi sedikit emosi karena tubuhku masih ingin beristirahat.
"Ibunya Kanne..."
Aku terbangun. Aku terkejut bukan main. Secara otomatis aku berteriak "Innalillahi wa innalillahi rojiun". Tubuhku bergetar hebat. Syaraf-syaraf dalam kepalaku seolah menegang, dan bulir airmata menggantung di mataku. Aku memang tidak pernah bertemu ibumu. Tapi saat kamu menceritakan ibumu yang selalu berjuang untuk terus hidup, aku tahu kalau ibumu adalah seorang yang sangat hebat, kanhe.
Dengan langkah gontai aku meraih kursi ruang tengah dimana kita sering berbicara ngalur ngidul di tempat aku duduk sekarang. Jawa dan adik kesayangan kita Rizki, hanya terdiam. Kita bertiga merasakan aura kesedihan yang sama. Betapa hebatnya pengaruhmu di rumah ini Kanhe. Sesaat teman kita yang bertampang personil Boyband, Vicky, datang. Kita berempat berangkat dengan kecepatan tinggi ke rumah kesayanganmu itu.
Betapa sedihnya aku melihat wajahmu yang kerap tersenyum menyambut kedatangan kami. Aku berusaha sekali untuk menahan airmata. Bukannya aku tidak mau menangis, tapi aku hanya tidak ingin memperlihatkan kesedihanku padamu. Aku hanya bisa memeluk tubuhmu dengan erat, mengucapkan belasungkawa dan mencium pipimu yang panas. Sudah berapa lama kamu menangis Kanhe? Wajahmu yang sembab dan kulitmu yang panas tidak memperlihatkan keceriaanmu seperti sebelum-sebelumnya, Kesedihan ini tidak akan berlarut lama Kanhe, time will heal your wounds.
Kamu pasti bisa sayang. Mama tidak pergi sepenuhnya. Mama masih didalam hatimu. Mama masih menjagamu. Mama masih tersenyum lebar dengan kamu bahagia di dunia ini. Makanya kamu harus buktiin dengan mengejar semua mimpimu. Dan buktikan bahwa anak Ibu Sardjito ini memang perempuan kuat.
Amin. Amin. We love you Kanhe.
Jangan sedih terus ya??
Regards
Tidak ada komentar:
Posting Komentar